Rabu, 11 Januari 2012

Nonton Televisi Lebih Dua Jam Sehari Risiko Jantung

MOMS, berhati-hatilah dalam memberikan jam menonton televisi bagi buah hati. Pasalnya, menonton televisi lebih dari dua jam sehari dapat menyebabkan risiko serangan jantung meningkat dua kali lipat dibandingkan mereka yang berada di depan televisi kurang dari dua jam.

Hal tersebut merupakan hasil penelitian Stamatakis dan rekan-rekan dari University College London, Inggris. Penelitian ini merupakan yang pertama kali memeriksa hubungan antara menonton televisi selama dua jam atau lebih dan dibandingkan dengan mereka yang nonton televisi kurang dari dua jam.

Lebih lanjut, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nonton televisi lebih dari empat jam meningkatkan angka kematian 50 persen dibandingkan dengan menonton televisi kurang dari dua jam. Hasil penelitian ini pun secara jelas menekankan batas waktu maksimum dua jam tiap hari bagi kita diperbolehkan menonton televisi.

Penelitian menjelaskan, bahwa menonton televisi lebih dari dua jam tersebut menjadi amat penting karena mempunyai implikasi rekomendasi kesehatan masyarakat. Jadi, selain penting untuk membatasi lama menonton televisi bagi anak-anak, peraturan tersebut sekarang ini juga berlaku untuk orang dewasa.

Sebagaimana dilansir Prof Dr Zubairi Djoerban SpPD-KHOM dalam bukunya "Cegah Sejak Dini", selain diterapkan untuk anak-anak,  saran ini juga berlaku bagi orang dewasa. Jumlah yang diteliti Stamatakis dkk ada 4.512 responden berusia 35 tahun atau lebih tua dari 35 tahun dari Scotish Health Survey sejak tahun 2003-2007. Kemudian, dinilai semua penyebab kematiannya dan angka kejadian penyakit jantung, baik yang fatal (berakhir dengan kematian), maupun yang non-fatal.

Untuk diketahui aktivitas masyarakat nomor satu di luar bekerja adalah menonton televisi. Ditemukan 215 serangan jantung dan 325 kematian selama empat tahun tindak lanjut. Mengapa menonton televisi setiap hari selama empat jam berpengaruh buruk terhadap kesehatan jantung kita? Para peneliti menemukan bahwa sekira seperempat (25 persen) serangan jantungnya berhubungan erat dengan kadar C-reactive protein (CRP), body-mass index (BMI), dan kolesterol HDL. Yang 75 persen mungkin berhubungan dengan faktor-faktor lain, yang sebelumnya tidak diperhitungkan, misalnya diet dan faktor psikologik.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUKAR LINK OTOMATIS