Fahmi Firmansyah
Setelah terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966, peran dan kekuasaan Presiden Soekarno semakin berkurang dalam tahta pemerintahan. Lokomotif kepemimpinan sedikit banyak dipegang oleh Soeharto yang kemudian pada tahun 1968 dilantik menjadi Presiden RI ke-2.
Imbas dari keluarnya surat tersebut juga merambah ke dunia seni dan hiburan. Jika pada masa Soekarno banyak larangan terhadap musik pop dan rock yang saat itu dianggap sebagai musik barat dan ngak ngik ngok dan anti revolusioner, pada masa Soeharto, musik pop dan rock mulai banyak berkembang.
Maka setelah itu, musisi pop yang pernah terkungkung pada era Soekarno kembali berproduksi. Sebut saja Koes Plus. Selain pop, aliran musik yang banyak digemari saat itu adalah rock. Beberapa band rock yang muncul pada saat itu adalah AKA (Apotik Kali Asin), The Rollies, dan God Bless.
Semangat rock and roll di Indonesia memang tidak bisa lepas dari arus rock yang datang dari barat. Beberapa band rock yang cukup populer pada saat itu antara lain Rolling Stones, Led Zeppelin, Deep Purple, dan Rush. Banyak anak muda yang mengikuti gaya dan aksi panggung mereka.
Geliat musik rock semakin mejadi setelah kedatangan Deep Purple pada 1975. Namun, dibandingkan dengan musik pop, musik rock di Indonesia agak lambat pertumbuhannya dalam industri rekaman. Hal ini disebabkan anggapan bahwa musik rock kurang menguntungkan bagi perusahaan rekaman.
Pada tahun 1973, grup rock asal Solo, Trenchem membuat album rekaman dan gagal di pasaran. Berturut-turut kemudian muncul Beny Subardja dengan Lizard, Giant Step yang membuat album Giant Step I disusul album selanjutnya bertajuk Kukuh Nan Teguh.
Pada tahun 1976, SAS membuat album Baby rock dan God Bless membuat album Huma di Atas Bukit di bawah label Paramaqua. Hampir dari sekian banyak band rock dalam negeri mengalami kegagalan dalam penguasaan pasar musik. Hal ini juga terjadi akibat dari band rock itu sendiri yang lebih sering membawakan lagu band rock luar negri ketimbang lagu-lagu ciptaan sendiri.
Pada tahun 1980-an, musik rock tanah air mulai memperlihatkan kemajuan. Pada saat itu muncul musisi rock yang cukup mejanjikan, yakni Nicky Astria. Selain itu didukung dengan semakin maraknya festival musik rock di tanah air yang digelar oleh salah satu produser musik kenamaan, Log Zhelebour yang didukung oleh perusahaan rokok.
Memasuki tahun 1990-an, geliat musik rock semakin terasa. Pada saat itu muncul Gong 2000, Ikang Fawzi, dan tentu saja SLANK. Slank muncul membawa warna baru dalam musik rock tanah air dan memberi pengaruh besar sehingga mampu membentuk komunitas penggemar yang sangat besar.
Memasuki tahun 2000, musik tanah air semakin baervariasi. Seperti munculnya aliran “pop melayu” tahun 2006 yang dipelopori oleh Radja. Hingga tahun 2011 lalu mncul fenomena boy band dan girl band di Indonesia akibat pengaruh Korean Wave.
Memasuki tahun 2012, kami tidak ingin memprediksi siapa yang akan menguasai pasar musik tanah air. Yang jelas kami berharap semoga rock and roll akan tetap menggeliat dan mengakar kuat dalam dunia musik tanah air. Keep Rock ‘n Roll!!
Sumber Referensi:
Mulyadi, Muhammad. 2009. “Industri Musik Indonesia Suatu Sejarah”. Bekasi: Koperasi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Theodore KS. “50 Tahun Musik Rock di Indonesia”. Rolling Stone Indonesia. Edisi 13, Mei 2006.
Setelah terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966, peran dan kekuasaan Presiden Soekarno semakin berkurang dalam tahta pemerintahan. Lokomotif kepemimpinan sedikit banyak dipegang oleh Soeharto yang kemudian pada tahun 1968 dilantik menjadi Presiden RI ke-2.
Imbas dari keluarnya surat tersebut juga merambah ke dunia seni dan hiburan. Jika pada masa Soekarno banyak larangan terhadap musik pop dan rock yang saat itu dianggap sebagai musik barat dan ngak ngik ngok dan anti revolusioner, pada masa Soeharto, musik pop dan rock mulai banyak berkembang.
Maka setelah itu, musisi pop yang pernah terkungkung pada era Soekarno kembali berproduksi. Sebut saja Koes Plus. Selain pop, aliran musik yang banyak digemari saat itu adalah rock. Beberapa band rock yang muncul pada saat itu adalah AKA (Apotik Kali Asin), The Rollies, dan God Bless.
Semangat rock and roll di Indonesia memang tidak bisa lepas dari arus rock yang datang dari barat. Beberapa band rock yang cukup populer pada saat itu antara lain Rolling Stones, Led Zeppelin, Deep Purple, dan Rush. Banyak anak muda yang mengikuti gaya dan aksi panggung mereka.
Geliat musik rock semakin mejadi setelah kedatangan Deep Purple pada 1975. Namun, dibandingkan dengan musik pop, musik rock di Indonesia agak lambat pertumbuhannya dalam industri rekaman. Hal ini disebabkan anggapan bahwa musik rock kurang menguntungkan bagi perusahaan rekaman.
Pada tahun 1973, grup rock asal Solo, Trenchem membuat album rekaman dan gagal di pasaran. Berturut-turut kemudian muncul Beny Subardja dengan Lizard, Giant Step yang membuat album Giant Step I disusul album selanjutnya bertajuk Kukuh Nan Teguh.
Pada tahun 1976, SAS membuat album Baby rock dan God Bless membuat album Huma di Atas Bukit di bawah label Paramaqua. Hampir dari sekian banyak band rock dalam negeri mengalami kegagalan dalam penguasaan pasar musik. Hal ini juga terjadi akibat dari band rock itu sendiri yang lebih sering membawakan lagu band rock luar negri ketimbang lagu-lagu ciptaan sendiri.
Pada tahun 1980-an, musik rock tanah air mulai memperlihatkan kemajuan. Pada saat itu muncul musisi rock yang cukup mejanjikan, yakni Nicky Astria. Selain itu didukung dengan semakin maraknya festival musik rock di tanah air yang digelar oleh salah satu produser musik kenamaan, Log Zhelebour yang didukung oleh perusahaan rokok.
Memasuki tahun 1990-an, geliat musik rock semakin terasa. Pada saat itu muncul Gong 2000, Ikang Fawzi, dan tentu saja SLANK. Slank muncul membawa warna baru dalam musik rock tanah air dan memberi pengaruh besar sehingga mampu membentuk komunitas penggemar yang sangat besar.
Memasuki tahun 2000, musik tanah air semakin baervariasi. Seperti munculnya aliran “pop melayu” tahun 2006 yang dipelopori oleh Radja. Hingga tahun 2011 lalu mncul fenomena boy band dan girl band di Indonesia akibat pengaruh Korean Wave.
Memasuki tahun 2012, kami tidak ingin memprediksi siapa yang akan menguasai pasar musik tanah air. Yang jelas kami berharap semoga rock and roll akan tetap menggeliat dan mengakar kuat dalam dunia musik tanah air. Keep Rock ‘n Roll!!
Sumber Referensi:
Mulyadi, Muhammad. 2009. “Industri Musik Indonesia Suatu Sejarah”. Bekasi: Koperasi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Theodore KS. “50 Tahun Musik Rock di Indonesia”. Rolling Stone Indonesia. Edisi 13, Mei 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar