Barangkali kita mengenal jineng sebagai lumbung padi. Denah jineng berbentuk persegipanjang dan kotak. Ruangnya blong tanpa sekat. Dinding ruang menggunakan bilik, triplek, atau papan. Lantai terbuat dari papan yang kuat menahan beban. Fungsi jineng untuk menyimpan padi dari hasil panel petani.
Organisasi ruang jineng masa kini lebih rapi. Ia tidak lagi blong, tapi sudah bersekat. Bagian tengahnya dapat digunakan sebagai ruang duduk, kamar tidur mungil, atau ruang baca. Di sebelah ruang tengah dapat dibuat wastafel untuk sekadar membasuh muka dan mencuci tangan. Kalau ruangnya cukup, kita pun dapat menempatkan kamar mandi mungil.
Bahkan, kelak kita dapat menyisakan ruang tambahan mirip balkon di bagian depan jineng. Ruang tambahan itu dapat menjadi perluasan ruang tengah atau kamar mandi.
Daya tarik jineng membuat kita terpacu untuk menciptakan peluang tempat alternatif di luar rumah. Berbentuk bangunan mungil, jineng dapat dirancang multifungsi untuk kegiatan berkumpul bersama keluarga sekaligus tempat menerima kerabat.
Bahkan, kini jineng berperan menjadi ikon promosi perumahan yang menggunakan tema alam, lingkungan, atau pesona daerah tertentu. Jineng menjadi bangunan komersial yang berada di hotel demi memanjakan konsumen yang sedang menginap. Jineng terus berevolusi tanpa menghilangkan ciri utama. Yang dulu menjadi tempat menyimpan hasil bumi petani kini berubah jadi tempat leyeh-leyeh orang kota untuk melepas penat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar