Jakarta - Julukan bahwa Indonesia adalah 'Negeri Twitter' mungkin tidaklah mengejutkan, mengingat begitu besar dampak negeri ini terhadap jejaring sosial itu, begitu pula sebaliknya.
Eric Fisher, pembuat peta media sosial ternama, berhasil membuat peta yang menggambarkan pergerakan tweet dan ilustrasi pergerakan Twitter. Hasilnya, Indonesia menduduki posisi yang menakjubkan.
Yang paling mengejutkan dari peta Fischer ini adalah trafik tweet masuk dan keluar Indonesia. Di peta tersebut terlihat bahwa Indonesia, terutama pulau Jawa mendapat gambaran 'arus' tweet yang terlihat tebal.
Menurut studi sebelumnya pada 2010 oleh ComScore, mengungkap bahwa 21 persen warga Indonesia terdaftar di Twitter; membuatnya sebagai negara paling 'kecanduan' Twitter.
Para peneliti mengatakan bahwa hal ini mungkin dipicu oleh faktor karena Indonesia memiliki populasi yang besar, yakni sekira 240 juta penduduk, semakin mudahnya akses untuk perangkat mobile, dan semakin umum pula penggunaan Bahasa Inggris.
Di Indonesia sendiri Twitter berbahasa Indonesia mulai aktif sejak Agustus tahun lalu. Bahasa non-Inggris Twitter yang pertama adalah bahasa Jepang, yang launching April 2008. Tahun selanjutnya, yakni November 2009, Twitter meluncurkan versi bahasa Spanyol dan Prancis.
Proyek Twitter bahasa Indonesia ini, adalah proyek-proyek awal yang sepenuhnya diterjemahkan oleh komunitas relawan dengan bantuan Translation Center yang baru mulai diterapkan awal 2011 kemarin.
Komunitas penerjemah di Twitter saat ini sudah lebih dari 200 ribu orang. Mereka menerjemahkan halaman pendukung, desktop, serta untuk aplikasi mobile. Proses penerjemahan bahasa biasanya memakan waktu sebulan.
Saking kuatnya pengaruh Twitter dan media sosial terhadap dunia politik dan sosial tentu membuat pemerintah juga turut cemas. Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring pernah menyebutkan bahwa pemerintah berkewajiban melakukan kontrol terhadap media sosial (social media) yang ada di internet seperti Twitter dan Facebook.
"Jangan sampai seperti Tunisia dan Libya yang gagal mengontrol media sosial seperti Facebook dan Twitter, sehingga terjadi pergolakan," kata Tifatul saat itu. Kader PKS tersebut menyebutkan kontrol terhadap media sosial seperti Facebook dan Twitter dimaksudkan agar masyarakat memiliki tanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya. "Mereka memang bebas mengeluarkan pendapat, tapi harus tetap harus bertanggungjawab," ujarnya.
Selain itu, Tifatul juga menuturkan kritik terhadap pemerintah saat ini tak hanya dilakukan oleh lembaga perwakilan. Namun peran masyarakat melalui mikro blogging cukup kritis dalam menyampaikan kontrol terhadap pemerintah. Oleh karenanya kritik melalui media sosial harus dilandasi tanggungjawab.
Dengan jumlah pengguna Twitter di Indonesia yang saat ini sudah masuk peringkat dunia mengalahkan negara pembuatnya, yakni Amerika Serikat (AS), tentu pengawasan juga harus dilakukan lebih ekstra.
Tapi dari masyarakat meminta janganlah hal tersebut mengekang kebebasan demokrasi di dunia maya pula. Layanan Twitter sendiri semenjak diluncurkan hingga saat ini telah meraup kepopuleran yang sangat tinggi di seluruh dunia. Untuk 2011 sendiri dilaporkan bahwa mereka sudah memiliki 300 juta pengguna.
Pada 7 September 2011 kemarin, pihak Twitter secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah memiliki 100 juta pengguna aktif yang login setidaknya satu kali sebulan, serta 50 juta pengguna aktif setiap harinya. Jadi, pertanyaannya adalah: apakah Indonesia siap menanggung beban sebagai 'Negeri Twitter'?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar