Siapa yang tidak mengenal Slank, salah satu grup musik terbesar di republik ini. Dikenal melalui lirik lagu yang manis dan kritis menyuarakan suara rakyat, selain itu juga dikenal gaya slengean yang menjadi ciri khas mereka, dan salah satu hal yang tidak kalah menarik dari mereka adalah grup musik terbesar yang memiliki penggemar setia nan fanatik yang tersebar di seantero negeri, bahkan mancanegara. Berikut ini akan dibahas mengenai perjalanan Slank dan beberapa cerita yang mengiringi perjalanan mereka sehingga menjadi grup musik bernapas rock n roll yang mampu bertahan selama 28 tahun, sebuah pencapaian yang sangat membanggakan.
Slank bermula dari sebuah grup musik yang terdiri dari pelajar SMA Perguruan Cikini, Jakarta yang didirikan pada awal 1983 dan beranggotakan Bimo Setiawan alias Bim-Bim (drums), Boy (Gitar), Kiki (gitar), Abi (bass), dan Well-Welly (vokal). Pada awal kemunculannya, grup musik ini banyak membawakan lagu-lagu Rolling Stone dan beberapa lagu van Hallen, Led Zeppelin, dan Bob Marley. Mereka pun kerap tampil di beberapa acara musik yang diadakan di sekolah mereka.
Seiring dengan berjalan waktu, beberapa personel Cikini Stones Complex mulai jenuh membawakan lagu-lagu Rolling Stones dan beberapa lagu dari penyanyi atau grup musik rock lainnya. Salah satunya adalah Bim-bim, ia berinisiatif untuk membawakan lagu ciptaan sendiri. Usul Bim-bim mendapatkan reaksi beranekaragam, ada yang setuju dan ada juga yang tidak. Mereka yang tidak setuju memilih keluar, antara lain Boy, Abi, dan Well-Welly. Tidak lama setelah itu, posisi mereka pun digantikan oleh tiga personel baru, yakni Deni BDN (bass), Bongky (gitar), dan Erwan (vocal).
Pergantian tiga personel tersebut, juga berdampak pada pergantian nama grup yang mereka gunakan sebelumnya, Cikini Stones Complex kemudian berubah menjadi Red Evil. Hal ini terjadi pada pertengahan tahun 1983. Pasca pergantian nama tersebut, Red Evil pun semakin sering tampil di beberapa acara musik. Gaya berpakaian mereka tergolong nyeleneh, dan slengean. Terkadang mereka hanya mengenakan kaus bola dan sandal. Gaya mereka yang seperti ini, melekatkan image slengean dan pada tanggal 26 Desember 1983, Red Evil mulai ditanggalkan dan mereka mulai menggunakan Slank. Sejak saat itulah setiap tanggal 26 Desember diperingati sebagai hari jadi Slank.
Dalam perjalannya, Slank kerap mendapat masalah, yakni sering terjadinya pergantian personel. Beberapa alasan muncul sebagai penyebabnya, antara lain masalah studi, masalah keluarga, hingga dipaksa menikahi pacarnya yang telah hamil pra nikah. Pergantian personel terakhir sebelum masuk dapur rekaman terjadi pada tahun 1989, formasi Slank terdiri atas Bim-bim, Pay, Bongky, Indra Q, dan Kaka. Mereka pun siap masuk ke dapur rekaman. Beruntung mereka bertemu dengan Boedi Soesatyo, seorang produser label rekaman, Project Q.
Menurutnya, lagu-lagu Slank cukup unik dan berbeda dengan grup musik rock yang tengah ada pada saat itu. Sehingga ia pun mau mengajak Slank rekaman. Alhasil, Desember 1990, Slank pun merilis album pertamanya, Suit-suit He..He.. (Gadis Sexy). Cover album tersebut terdapat logo Slank bergambar kupu-kupu yang melambangkan kebebasan dan keindahan. Dalam album tersebut, terdapat sepuluh lagu dengan aliran rock n roll dan blues dengan tema yang beraneka, seperti cinta, sex and party,dan kritik sosial. Salah satu lagu yang menjadi andalan mereka adalah Maafkan.
Pasca dirilisnya album pertama tersebut, nama Slank semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Prestasi perlahan menghampiri. Salah satunya penghargaan dari BASF Award kategori Best Selling Album for Rock Category dan “Pendatang Baru Terbaik”. Eksistensi Slank pun tidak berhenti di situ. Berturut-turut hingga tahun 1995, mereka berhasil merilis empat album, yakni Kampungan (1992), Piss (1993), Generasi Biru (1994) (album perdana dengan status indie label di bawah naungan Piss Record), dan Minoritas (1995). Sebuah pencapaian yang membanggakan.
Pada tahun 1996, Slank mengalami sedikit kegoyahan, yakni keluarnya Bongky, Indra, dan Pay dari formasi Slank. Pasca keluarnya tiga personel tersebut, Bim-bim segera mencari penggantinya, dan bergabunglah Ivanka (bass) dan Reynold (gitar). Formasi ini ternyata berhasil melahirkan sebuah album bertajuk Lagi Sedih dengan lagu andalan Tonk Kosong. Setelah dirilis album tersebut, ternyata Reynold memilih keluar dari Slank. Slank pun segera mencari pengganti posisi gitaris melalui audisi. Tidak lama berselang bergabunglah dua personel baru, yakni Abdee dan Ridho sebagai gitaris.
Formasi ini yang kita kenal sampai sekarang, (baca: Bim-bim, Kaka, Ivanka, Abdee, dan Ridho). Mereka berhasil merilis tiga belas album, (belum termasuk album kompilasi, dan Original Sound Track). Album tersebut antara lain; Tujuh (1998), Mata Hati Reformasi (1998), 999+09 (1999), Virus (2000), Satu Satu (2003), Road To Peace (2004), PLUR (2005), Slankissme (2005), Slow But Sure (2007),  The Big Hip (2008), Anthem for The Broken Hearted (2009), dan Jurus Tandur (2010).
Beberapa tema lagu Slank
Slank memang terbilang unik, ketika penyanyi dan grup musik lain hanya membawakan lagu bertema cinta, Slank tidak demikian. Beberapa tema berbeda kerap dibawakan oleh Slank, antara lain cinta, kritik sosial, alam, gaya hidup, tema-tema ekspresif, dan tema-tema socia movement. Slank pun dikenal sebagai grup yang sering mengkritik pemerintah. Tentu kita masih ingat lagu Gossip Jalanan yang sempat membuat gerah anggota DPR pada tahun 2008. //Mau tahu gak mafia di Senayan// Kerjaannya tukang buat peraturan// Bikin UUD// Ujung-ujungnya Duit//. Sebenarnya, bukan kali ini saja Slank membawakan lagu bertema kritik sosial, dari album pertama Slank sudah membawakan lagu-lagu kritik sosial, seperti Apatis Blues, Piss, hingga Pak Tani.
Slank dan Slankers
Ketika kita membahas Slank, maka tidak akan dapat dipisahkan dari Slankers, komunitas penggemar yang sangat setia dan fanatik. Komunitas Gang Potlot ini telah ada sejak tahun 1983, bahkan sebelum Slank masuk dapur rekaman. (Wawancara dengan Bens Leo, 28 Maret 2011). Namun, nama Slankers baru digunakan pada tahun 1992, setelah album kedua dirilis. Gaya berpakaian Slank yang slengean dan gaya rambut gondrong ternyata banyak diikuti oleh penggemarnya. Para penggemar tersebut sering disapa Slank.
Untuk membedakan antara Slank dan penggemarnya, maka Kaka menjuluki me-reka dengan istilah Slankers. (Wawancara dengan Bim-bim, 1 Februari 2011). Jumlah pasti Slankers saat ini memang masih rancu. Jika diukur dari jumlah penjualan album Slank, maka jumlah Slankers mencapai angka 400.000 orang. (Lihat Mimpi Pulau Biru Sabang-Merauke dalam Gatra, 18 Januari 2003). Sebuah angka yang fantastis bagi komunitas penggemar grup musik di Indonesia. Tidak hanya disitu, simbol Slank bergambar kupu-kupu sering kita lihat tertera di bendera, kaus, sandal, dan atribut lainnya yang kerap digunakan oleh para Slankers.
Bahkan, hampir di setiap konser musik, bendera Slank dipastikan berkibar, meski terkadang Slank tidak tampil dalam konser tersebut. Maka tidak berlebihan jika saya menjuluki Slank sebagai “band sejuta umat”. Bagi Slankers, Slank bukan hanya sekedar musik, melainkan telah menjadi ideologi (baca: Slankissme). Slank tidak pernah bosan menyampaikan nilai positif di dalam setiap lagunya yang kemudian dijadikan pedoman bagi para penggemarnya. Slank telah menyebarkan virus perdamaian dan pembebasan bagi para generasi muda yang terkesan selalu digurui oleh tetua. Istilah Generasi Biru kerap disandangkan kepada para Slankers, generasi yang bebas, slengean tapi bertanggung jawab.
Hilir
Melalui lirik lagu, musik, gaya hidup slengean, Slank menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Slank pun tidak dapat dipisahkan dari Slankers. Loyalitas mereka tidak perlu dipertanyakan. Bahkan saking banyaknya Slankers, Slank kerap didekati oleh beberapa partai politik, karena mereka melihat potensi yang sangat besar yang dimiliki oleh Slank. SELAMA REPUBLIK INDONESIA MASIH ADA, SLANK AKAN TETAP ADA (Bim-bim).